ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI Chapter 4
Oleh: Widodo
A.
AKTIVA LANCAR
Aktiva lancar adalah
kas dan asset lainnya yang langsung dapat diubah menjadi kas melalui siklus
operasi perusahaan.
1.
Kas dan Setara Kas
Kas mencakup uang kas dan deposito. Adapun setara kas berupa
investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas dan hampir jatuh
tempo.
Likuiditas adalah fleksibilitas untuk memanfaatkan
kondisi perubahan pasar dan untuk mengambil langkah strategis. Likuiditas juga
terkait dengan kermampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek/ segera
jatuh tempo.
Analisis harus mempertimbangkan hal berikut:
•
Sejauh mana setara
kas diinvestasikan pada efek ekuitas.
•
Kas dan setara kas
sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi.
2.
Piutang
Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari
penjualan barang atau jasa, atau dari meminjamkan uang.
a. Penilaian Piutang
Risiko analisis ini adalah pengalaman masa lalu mungkin
bukan alat prediksi yang layak atas kerugian masa depan, atau mungkin kita
gagal mencerminkan kondisi terkini.
b. Analisis Piutang
1)
Risiko Kolektibilitas
Alat analisis
untuk memeriksa kolektibilitas mencakup:
-
Membandingkan persentase
piutang terhadap penjualan.
-
Periksa konsentrasi
pelanggan, risiko meningkat jika terkonsentrasi satu pelanggan.
-
Selidiki trend rata-rata waktu pengumulan (collection
period).
-
Tentukan porsi piutang/wesel
yang merupakan perpanjangan (renewal).
2)
Keaslian Piutang
Salah satu
faktor yang memengaruhi keandalan piutang adalah kebijakan kredit perusahaan.
Kebijakan kredit yang ketat berdampak pada kualitas yang lebih tinggi.
3)
Sekuritisasi Piutang
Perusahaan
menjual semua atau sebagian piutangnya pada pihak ketiga.
3.
Beban Dibayar Dimuka
Merupakan pembayaran di muka atas barang/jasa yang belum
diterima (sewa, asuransi, utilitas, dan pajak bangunan).
B.
PERSEDIAAN
Persediaan adalah
barang yang dimiliki yang bersedia dijual dalam aktivitas operasi perusahaan. Persamaan
persediaan:
Persediaan awal + Pembelian Bersih – Harga Pokok Penjualan = Persediaan
Akhir
Arus Biaya
Persediaan:
First-in, first-out (FIFO) : barang
yang pertama dibeli merupakan barang yang pertama dijual.
Last-in, first-out (LIFO) : barang
yang terakhir dibeli merupakan barang yang pertama dijual.
Biaya rata-rata :
unit yang dijual tidak memperhatikan urutan pembelian, HPP : rata-rata
sederhana.
1. Dampak biaya persediaan terhadap profitabilitas
Saat harga meningkat FIFO memberikan laba kotor yang
lebih tinggi dibandingkan LIFO. Keuntungan fiktif FIFO,
laba kotor =
Laba ekonom + Laba kepemilikan
Laba ekonomi =
jumlah yang terjual X selisih antara harga jual dan biaya penggantian terkini
Laba kepemilikan =
jumlah unit terjual X selisih biaya penggantian terkini dengan biaya perolehan
awal.
2. Dampak biaya persediaan terhadap neraca
Saat harga meningkat, LIFO melaporkan persediaan akhir
pada harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya penggantian.
Hasilnya neraca perusahaan tidak secara akurat mencerminkan investasi lancar
yang dimiliki perusahaan dalam persediaannya.
3. Dampak biaya persediaan terhadap arus kas
Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO menyebabkan
laba sebelum pajak lebih tinggi, sehingga utang pajak lebih tinggi. Pada
periode di mana harga meningkat, perusahaan dapat terjebak pada pengurangan
arus kas karena mereka membayar pajak yang lebih tinggi dan perlu mengganti
persediaan yang terjual pada biaya penggantian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan biaya pembelian awal. Hal ini dapat mengarah pada masalah likuiditas.
C.
AKTIVA JANGKA PANJANG
1. Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai
Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses
penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya
diharapkan dapat berlangsung selama beberapa periode di masa depan.
Kapitalisasi ini yang menciptakan akun aset.
Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya
tangguhan (aset) secara periodik sepanjang satu atau lebih periode manfaat yang
diharapkan. Proses ini dinamakan penyusutan untuk aset berwujud, amortisasi
untuk aset tak berwujud, dan deplesi untuk sumber daya alam.
Penurunan Nilai (impairment) merupakan proses penurunan
nilai buku aset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi
biaya tersisa yang masih tercatat pada neraca.
2. Kapitalisasi VS Pembebanan
Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio
a.
Dampak Kapitalisasi
terhadap Laba
1)
Kapitalisasi
menangguhkan pengakuan biaya, menghasilkan laba yang lebih tinggi saat akuisisi
namun laba yang lebih rendah pada periode berikutnya.
2)
Kapitalisasi
menghasilkan serial laba.
b.
Dampak Kapitalisasi
terhadap Tingkat Pengembalian Investasi
Kapitalisasi
meningkatkan fluktuasi pengukuran laba dan karenanya rasio tingkat pengembalian
investasi.
c.
Dampak Kapitalisasi
terhadap Rasio Solvabilitas
Pada pembebanan
biaya asset secara langsung, rasio solvabilitas mencerminkan kondisi perusahaan
yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya.
d.
Dampak Kapitalisasi
terhadap Arus Kas Operasi
Saat biaya asset
dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas
operasi. Sebaliknya, jika asset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai
arus kas keluar aktivitas investasi.
D.
AKTIVA TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM
1. Menilai properti, bangunan, dan Peralatan
Properti, bangunan, dan peralatan dinilai menggunakan
biaya hstoris karena alasan objektivitas. Penilaian biaya historis mengharuskan
suatu perusahaan pertama kali mencatat sebesar nilai wajar.
2. Menilai sumber daya alam
Perusahaan melaporkan sumberdaya alam pada biaya historis
diambah biaya penemuan, eksplorasi, dan pengembangan.
3. Penyusutan
Penyusutan merupakan alokasi biaya properti, bangunan,
dan peralatan sepanjang masa manfaatnya. Penyusutan tergantung dua factor yaitu
masa manfaat dan metode alokasi (garis lurus, dipercepat, dan metode special).
4. Menganalisis aktiva tetap dan sumber daya alam
Penilaian aktiva tetap dan sumber daya alam menekankan
objektivitas biaya historis, prinsip konservatisme, dan akuntansi atas uang
yang diinvestasikan pada aktiva tersebut. Aturan akuntansi untuk penurunan
nilai aktiva jangka panjang mewajibkan perusahaan untuk secara berkala menelaah
kejadian atau perubahan kondisi yang memungkinkan penurunan nilai. Berdasarkan
aturan terkini, perusahaan menggunakaan “uji perolehan kembali” (recoverability
test) untuk menentukan apakah terdapat penurunan nilai, yaitu perusahaan harus
mengestimasi taksiran arus kas bersih masa depan aktiva tersebut dan nilai
disposisi akhirnya.
E.
AKTIVA TAK BERWUJUD
Aktiva tak berwujud merupakan hak, keistimewaan, dan
manfaat atas kepemilikan atau pengendalian. Dua karakteristik umum aktiva tak
berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak adanya wujud
fisik.
a. Aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi
Merupakan aktiva yang dapat diidentifikasi terpisah dan
dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat
terbatas. Contohnya hak paten, merek dagang, hak cipta, dan franchise.
b. Aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi
Merupakan aktiva yang dapat dikembangkan secara internal
atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan sering kali memiliki masa
manfaat yang tak terhingga. Contohnya iklan dan goodwill.
c. Menganalisa aktiva tak berwujud
Dalam menganalisis aktiva tak berwujud, kita harus siap
untuk membuat estimasi sendiri mengenai penilaian aktiva. Juga harus diingat
bahwa goodwill tidak membutuhkan amortisasi dan auditor mengalami kesulitan menilai
aktiva tak berwujud, terutama goodwill. Analisis juga harus waspada terhadap
komposisi, penilaian, dan disposisi goodwill.
F.
REVALUASI ASET BERDASAR IFRS
Revaluasi Aset adalah penilaian kembali aset yang
dimiliki suatu entitas sehingga mencerminkan nilai aset sekarang.
1. Perlakuan Akuntansi
Perusahaan dapat merevaluasi aset mereka di atas biaya
historis setelah disusutkan melalui penciptaan surplus revaluasi. Perusahaan
juga diperbolehkan untuk membalikkan penurunan nilai asset sebelumnya, selama
nilai tertulisnya tidak melebihi biaya historis terdepresiasi.
Model revaluasi
Di bawah model revaluasi, suatu item dari property,
plant, and equipment dicatat sebesar jumlah yang dinilai kembali sebesar nilai
wajar, dikurangi akumulasi penyusutan (accumulated depreciation) dan akumulasi
kerugian penurunan nilai (accumulated impairement losses)
2. Pengungkapan Revaluasi
Pergerakan pada revaluasi asset dilaporkan pada note
information/catatan atas laporan keuangan.
3. Analisis Implikasi
Hal yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis
revaluasi asset
a.
Revaluasi asset akan
meningkatkan jumlah neraca.
b.
Jumlah pendapatan
terpengaruh negative oleh banyak transitory.
c.
Revaluasi sering
dibuat berdasar diskresi manajer.
d.
Perbandingan antar
waktu dpat dipengaruhi oleh revaluasi asset.
Reverensi: subramanyam, Financial Statement Analysis 11e
Komentar
Posting Komentar